Sunday 15 March 2020

“Aceh” 15 dan 17 Agustus



“Jangan Tanyakan Apa Yang Negara Perbuat Untuk Anda, Tetapi Tanyakanalah Apa Yang Anda Perbuat Untuk Negara”.

Pernyataan Ini sering dilontarkan dan populer dalam pidato mantan presiden Amerika Sarikat John. F. Kennedy, agar tumbuh kembangnya kecintaan rakyat Amerika untuk Negara ketika  itu. Kendati, doktrin kecintaan pada negara ini bukan aseli dari Kennedy, tetapi dari filsuf Marcus Tullius Cicero (3 Januari 106 sM - 7 Desember 43 sM). Cicero adalah orator dan negarawan Romawi Kuno yang umumnya dianggap sebagai ahli pidato dan prosa. Pernyataan ini memiliki relevansi dengan kondisi bangsa Indonesia, tentunya Aceh saat ini, pasca 12 tahun perdamaian dan 72 tahun kemerdekaan indonesia.

Agustus menjadi Bulan paling bersejarah bagi lahirnya bangsa indonesia dan masyarakat Aceh khususnya. Tanggal 15 Agustus menjadi saksi bisu perdamaian Aceh, setelah 32 tahun berkonflik, konflik Aceh di akhiri dengan penandatangani perdamaian Mou Helsinki di Firlandia. Barangkali semua kita kepicut bertanya entah kenapa harus tanggal 15 Agustus dijadikan sebagai hari Perdamaian Aceh dan Republik Indonesia. Karena dua hari berselang berikutnya, tepatnya tanggal  17 Agustus menjadi hari kemerdekaan Republik Indonesia. Perjuangan kemerdekaan Indonesia tidak luput juga dari kegigihan perjuangan dan dedikasi bangsa Aceh dalam memukul mundur para penjajah Belanda.

15 tahun perdamaian Aceh  dan 74 tahun kemerdekaan indonesia. Kado terindah masih menyisahkan  tingginya angka kemiskinan, pengangguran dan ketimpangan sosial yang terus mengembang tanpa kutup penyelamat bagi seluruh lapisan masyarakat, semua kalangan menuai kritikan dan sarkasme ditengah carut-marut sistem perekonomian dan pembangunan Aceh saat ini. Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh merilis profil kemiskinan di daerah ini. Pada Maret 2017, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Aceh mencapai 872 ribu orang (16,89 persen), bertambah sebanyak 31 ribu orang dibandingkan dengan penduduk miskin pada September 2016 yang jumlahnya 841 ribu orang (16,43 persen). Selama periode September 2016-Maret 2017, persentase penduduk miskin di daerah perkotaan dan perdesaan mengalami peningkatan, di perkotaan mengalami peningkatan sebesar  0,32 persen (dari 10,79 persen menjadi 11,11 persen), dan di daerah perdesaan mengalami peningkatan 0,57 persen (dari 18,80 persen menjadi 19,37 persen).

Pengangguran Dan Darurat Narkoba
Pada kenyataannya Aceh dikenal sebagai daerah yang kaya dan subur. Meskipun sebaliknya dengan segudang kekayaaan, oleh karena ketimpangan arah pembangunan dan kebijakan ekonomi yang tidak setabil membuat kondisi perekonomian Aceh berada dalam kondisi terpuruk. Parahnya lagi, tingkat pengangguran yang setiap tahunnya terus bertambah. Pengangguran (unemployment) merupakan kenyataan yang dihadapi tidak saja oleh negara-negara sedang berkembang (developing countries), akan tetapi juga negara-negara yang sudah maju (developed countries). Secara umum, pengangguran didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang yang tergolong dalam kategori angkatan kerja (labor force) tidak memiliki pekerjaan dan secara aktif sedang mencari pekerjaan (Nanga, 2001).

Keberadaan pengangguran akan mengakibatkan pada sebuah situasi yang sulit dalam semua aspek global. Tingkat persaingan yang kompetitif belum terasosiasi dengan baik. Sehingga terbentuk komunitas-komunitas yang rentan akan munculnya berbagai penyimpangan (deviasi) dalam masyarakat, berbagai tindakan heroik dengan alasan hanya ingin keluar dari garis kemiskinan demi mencapai tingkat kehidupan yang lebih baik (Good Live) memunculkan keberanian para generasi muda saat ini untuk mendapatkan kekayaan materil secara praktif sehingga terlibat dalam berbagai jaringan peredaran narkoba di indonesia.

Ketidak pastian dalam mendapatkan sebuah pekerjaan menjadi sebuah alasan  yang Valid bagi para gembong jaringan Narkoba Aceh. keterlibatan dan ketergantungan Narkoba yang menhampiri semua kalangan. Menjadi  sebuah kondisi yang serba ketakutan dan mencekam bagi bangsa ini. Semuanya terserang dengan sendirinya tak terkecuali pelajar, pemuda, orang tua bahkan para wanita.

Berperang Kembali
Sepintas perjuangan pasca 12 tahun perdamaian dan 72 tahun Indonesia merdeka. Bukan suatu hal yang mudah dalam meraihnya, ribuan manyat terkorbankan dan ribuan lainnya menjadi korban tindak kekerasan. Para pahlawan sudah tiada mereka sudah kembali pada sang khalik, mereka hanya menitipkan  Semangat dan dedikasi berjuang, berperang melawan penjajah. Apa yang mereka lalui barangkali tidak akan pernah terulang kembali seperti perjalanan mereka.

Persoalan Narkoba menjadi kekhawatiran serius bagai negara-negara berkembang didunia. Termasuk indonesia. Seiring perkembangan teknologi, dalam konteks ke Indoneisiaan narkoba menjadi penjajah yang merusak tatanan kehidupan berbangsa. Persenjataan yang canggih bukanlah sebagai satu-satunya alat memerangi melawan narkoba. Pendidkan yang tinggi pun belum tentu menjamin memanusiakan manusia melawan narkoba. Hanya sanya perlu penyamaan persepsi dengan kesadaran kolektif atau gerakan sosial (sicial current) dari semua elemen masyarakat demi memberantas melawan narkoba.

Akankah para generasi muda berani untuk maju berada di garis terdepan Berperang melawan narkoba. 74 tahun indonesia merdeka tidak ada lagi yang perlu di perjuangkan selain berjuang demi keluar dari ketergantungan pasar narkoba. Meskipun ini sulit dan susah untuk kita lakukan. Namun ini adalah sebuah capaian kemerdekaan diera postmodern saat ini.

Disaat negara lain mampu berbuat kenapa kita tidak. Bukankah kita punya kekuatan yang besar dari ribuan suku yang ada. Kita semua berharap momentum hari kemerdekaan bukanlah sekedar kemegahan seremionial belaka. Akan tetapi masih banyak hal yang perlu kita perbaiki bersama. Tugas kita bukan hanya menjadi tukang kritik tanpa mengurangi berbagai beban dan persoalan yang dipikul negara. Namun, mari kita lakukan apa yang bisa kita lakuakan untuk negara demi kemajuan bangsa ini yang bebas dari narkoba (Say No To Drug).

Oleh : Rizki Yunanda Al-Rizy
Mahsiswa Magister Sosiologi USU/Anggota KDAU
Rizkiyunanda@gmail.com






“Aceh” 15 dan 17 Agustus

“Jangan Tanyakan Apa Yang Negara Perbuat Untuk Anda, Tetapi Tanyakanalah Apa Yang Anda Perbuat Untuk Negara ”. Pernyataan Ini sering...