Tuesday 24 July 2018

Kearifan Lokal Dalam Keberagaman Budaya di Indonesia Sebagai Modal Sosial Untuk Menangkal Diskriminasi, Intoleransi dan Kekerasan Ekstrimisme


Oleh : Rizki Yunanda
Indentitas atau kelompok etnik merupakan permasalahan fundamental bagi seluruh penduduk dunia, tidak terkecuali indonesia. Sebagai negara kepulauan, yang memiliki 17000 pulau dan didiami oleh 1.340 suku tersebar di sejumlah wilayah nusantara mulai dari Sabang Sampai Maroke. Keanekaragaman suku memang memformulasikan kebudayaan tertentu sebagai perbedaan. Melalui perjalanan sejarah, berbagai proses penghidupan manusia telah melahirkan kesepahaman yang hakiki untuk saling mengenal, berbagi dan memahami diantara sesama. Mencermati sejarah bangsa ini dengan lika-liku perbedaan budaya (culture) dan kearifan lokal telah mencapai kesepakatan sebagai modal sosial untuk menangkal isu perpecahan (destruction) diantara jurang pemisah antar sesama.
Perkembangan teknologi telah merubah iklim dunia terhadap penggunaan media sosial yang berdampak pada isu kekerasan, deskriminasi dan sikap intoleran. Arus global telah mewarnai pemikiran dan klaim kebenaran oleh kelompok tertentu. Seolah kebenaran adalah milik suatu golongan saja. ditengah kedamaian masyarakat multikultural, pertentangan idiologi negara mengejutkan banyak kalangan dan ketakutan akan berakibat pada menghambatnya arah pembangunan hingga Keprihatinan keretakan bangsa yang telah utuh hampir se abad lamanya.
Multikulturalisme dapat dimaknai sebagai sebuah kepercayaan yang menyatakan bahwa kelompok-kelompok etnik atau budaya (ethnic and cultural groups) dapat hidup berdampingan secara damai dalam prinsip coexistence yang ditandai oleh kesediaan menghormati budaya lain. Multikulturalisme juga merupakan sebuah formasi sosial yang membukakan jalan bagi dibagunnya ruang-ruang bagi identitas yang beragam dan sekaligus jembatan yang menghubungkan ruang-ruang itu untuk sebuah integrasi (Sparingga, 2003).
Sebagai bangsa yang besar, kita memiliki banyak budaya yang bisa dijadikan modal dan indentitas benteng pertahanan dalam menjaga keutuhan keberagaman bangsa. Kita terkenal dengan sikap keberagaman yang hidup secara damai tanpa ada perselisihan, penuh dengan nilai-nilai kebudayaan yang dapat dicontohkan oleh bangsa-bangsa lain. Betapa tragisnya sejarah negara-negara di timur tengah yang hancur akibat konflik persaudaraan, perbedaan etnik dan suku sehingga menelan banyak korban.
Membuka Ruang Interaksi
Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik yang berlangsung dinamis antar individu dengan individu dan individu dengan kelompok didalam masyarakat. Dinamis dalam artian hubungan antar warga masyarakat, Proses interaksi terjadi melalui adanya komunikasi dan kontak sosial antar warga. Kontak sosial terjadi antar individu yang saling memberi aksi dan reaksi. Sehingga membentuk masyarakat yang saling menunjukkan sikap toleran dan menerima perbedaan.
Interaksi sosial membuka bagian yang tertutup selama ini dari kebutuhan hidup manusia dalam melangsungkan kehidupannya. Interaksi bisa juga dikatakan sebagai perekat keberagaman. karena keberagaman adalah indentitas bangsa yang dapat dijadikan sebagai modal sosial untuk mempertahankan idiologi bernegara.
Perbedaan suku, bangsa, ras, bahasa dan kepercayaan adalah dampak positif dari kekayaan budaya bagi keberlangsungan hidup dalam bernegara. Keberagaman budaya dapat diklaim kepunyaannya oleh seluruh warga negara tidak terkecuali daerah tertentu. Sehingga semua rakyat memiliki hak yang sama tanpa mendominasi diantara yang lainnya. Ketika semua rakyat punya rasa memiliki (sense of belonging). Jika suatu budaya di klaim atau dilecehkan oleh negara lain maka semuanya akan melakukan perlawanan secara bersama-sama.   
Refleksi interaksi antar budaya didalam masyarakat akan menutup sikap kekerasan, deskriminasi dan intoleran. Dialog antar warga secara kontinu menghasilkan jalinan pemikiran dan pemaknaan terhadap segala perbedaan dalam menginterpretasikan nilai-nilai ajaran agama, untuk tidak saling menyalahkan. Walaupun ketentuan agama tetap berada dan patuh pada poros kenyakinan masing-masing. Selebihnya tetap mempertimbangkan perbedaan sebagai rahmat tuhan bahwa kita hidup sebangsa dan setanah air.
Kearifan lokal dan kekayaan budaya tanpa menginternalisasi proses interaksi dengan baik, tidak juga menghasilkan sikap keberagaman dan toleran.  Masyarakat hidup dalam tantangan global, ruang publik yang terbatas mejadi alasan banyak orang seiring semua hal dijangkau dengan media dan teknologi. Masyarakat kian hidup secara heterogen, para pelaku budaya cendrung memisahkan diri untuk berekspresi.        
Dalam masyarakat multi-etnis dan multikultural interaksi sosial acap kali terputus, sehingga mudah terjadi gesekan antar warga. Masyarakat giat dengan sangkaan (prajudice), tuduhan tersebut berakibat pada munculnya kekerasan, deskriminasi dan sikap intoleran. Persoalan keagamaan dan kemasyarakatan sarat dengan implikasi-implikasi konflik yang konpleks dan rumit. Jika proses interaksi tidak terbuka secara merata dalam lingkungan masyarakat, konflik tetap hidup seperti api dalam sekam, nantinya muncul seketika dan merusak tatanan kebhinekaan.
Peran Pemuka Agama
Indonesia adalah negara PANCASILA berkonsep “ketuhanan yang maha esa” sehingga agama punya peran terhadap semua penderitaan dan permasalahan yang terjadi dinegara ini. meminjam istilah Karl Marx agama adalah candu, marx menjelaskan bahwa tidak ada alasan lain bagi siapa pun bahwa orang harus menganut agama karena penderitaan dan penindasan.
Keyakinan Marx ini, berangkat dari kritik agama Feurbach yaitu bahwa agama adalah institusi alienatif. Berangkat dari hal ini Marx yakin bahwa orang menganut agama karena penderitaan dan penindasan dalam hidupnya. Penindasan yang dipahami oleh Marx adalah suatu perilaku eksploitatif-ekonomistik, di mana manusia hanyalah objek yang bisa dimanfaatkan demi kepentingan sesuatu (Frans Magnis Suseno, 2000: hlm 73).
            Agama menjadi penentu dari semua sikap kekerasan, deskriminasi dan intoleran terhadap sesama pemeluknya dan selain pemeluknya. Tidak ada agama yang mengajarkan untuk saling bermusuhan dan melakukan kekerasan. Namun, peran sentral dari agama adalah para pemuka atau pemangku agama yakni  para ulama, biksu, pendeta dll mereka yang memiliki kontribusi dan pengabdian untuk memperkokoh para ummat beragama untuk selalu berada di jalan tuhan. Tanpa mengajarkan permusuhan dan kekerasan.
            Masyarakat indonesia dari dulu bertahan dengan kearifan lokal sebagai modal sosial melalui pesan para pemuka agama untuk saling menghargai, menghormati seluruh kearifan lokal yang dimiliki antar sesama. Untuk itu Pemuka agama punya tugas yang berat dalam mengarahkan ummatnya untuk berada dijalan yang benar dan bagaimana menginterpretasikan kebenaran.
Peran pemuka agama bukan hanya pada persoalan yang sakral. Apalagi ditengah rezim yang serba ketakutan. Mereka sebagai orang yang sangat dihormati, dipatuhi dan berkedudukan tinggi. Tentunya menjadi suatu persoalan apabila salah mengambil sikap terhadap kebijakan-kebijakan hukum yang bersifat perintah atau anjuran. Tugas ini memang bukan hanya dilakukan oleh para pemuka agama saja. Semua pihak dan stakholder punya tanggung jawab bersama, keterlibatan untuk bertindak secara cepat demi menyelamatkan generasi selanjutnya agar tidak saling membenci, memusuhi dan perpecahan bangsa.
Rizki Yunanda, S.Sosio
Penggiat Sosial Dan Politik
     


No comments:

Post a Comment

“Aceh” 15 dan 17 Agustus

“Jangan Tanyakan Apa Yang Negara Perbuat Untuk Anda, Tetapi Tanyakanalah Apa Yang Anda Perbuat Untuk Negara ”. Pernyataan Ini sering...